https://bontang.times.co.id/
Berita

Kala Perahu Masih Diminati Sebagai Penyambung Jalur Munung Nganjuk - Megaluh Jombang

Rabu, 14 Mei 2025 - 17:14
Kala Perahu Masih Diminati Sebagai Penyambung Jalur Munung Nganjuk - Megaluh Jombang Sejumlah kendaraan dan penumpang sedang menyeberang menggunakan perahu di rute Munung–Megaluh, yang menghubungkan Kabupaten Nganjuk dan Jombang. (Faradina Juninda Nadita/TIMES Indonesia)

TIMES BONTANG, JOMBANG – Penyeberangan dengan moda perahu di Sungai Brantas yang menghubungkan Desa Munung, Kabupaten Nganjuk dengan Desa Megaluh, Kabupaten Jombang, masih menjadi jalur vital bagi warga sekitar.

Meskipun sederhana, moda transportasi ini menawarkan efisiensi waktu dan aksesibilitas yang tinggi, terutama bagi masyarakat yang beraktivitas sehari-hari di kedua wilayah.

Irawan, salah satu operator perahu di penyeberangan Munung-Megaluh, mengungkapkan bahwa dirinya telah mengoperasikan perahu sejak 2018 silam.

“Kalau perahu saya ini mulai 2018 ya, Mbak. Tapi kalau penyeberangannya sendiri sudah lama, cuma saya kurang tahu pastinya mulai kapan,” ujarnya saat ditemui di lokasi.

Penyeberangan ini mampu memuat hingga empat mobil sekaligus, dengan kendaraan roda dua menyesuaikan kapasitas perahu. “Tergantung ukuran perahu, tapi rata-rata bisa 4 mobil,” tambah Irawan.

Perahu-2.jpgPerahu penyeberangan Munung–Megaluh membawa penumpang dan kendaraan melintasi Sungai Brantas, dengan latar bangunan ikonik menyerupai Menara Eiffel. (Faradina Juninda Nadita/TIMES Indonesia)

Meski begitu, operasional perahu tidak selalu berjalan mulus. Tantangan kerap datang terutama saat musim hujan atau banjir. “Biasanya arus sama sampah eceng gondok itu yang jadi masalah. Kalau nyangkut di mesin bisa bahaya, bisa bikin mesin mati,” jelasnya.

Untuk mengutamakan keselamatan penumpang, perahu dilengkapi pagar pembatas di sekelilingnya serta pelampung yang disiapkan untuk kondisi darurat. Meski tanpa pelatihan resmi, para operator perahu umumnya belajar langsung dari pemilik perahu.

Soal tarif, Irawan menyebut bahwa penyeberangan ini masih tergolong terjangkau. “Orang jalan kaki gratis, naik sepeda Rp1.000, roda dua Rp2.000, mobil Rp5.000, dan truk Rp10.000,” paparnya.

Penyeberangan beroperasi dari pukul 03.30 pagi hingga pukul 22.00 malam. Untuk perawatan perahu, dilakukan minimal seminggu sekali atau sewaktu-waktu jika ditemukan kendala.

Salah satu pengguna tetap jasa penyeberangan ini, Purwantika, mengaku menggunakan layanan ini setiap hari. Ia merasa lebih praktis dan cepat ketimbang jalur alternatif lain yang harus memutar jauh. “Untuk jalur lain aksesnya itu jauh, Mbak. Naik perahu lebih cepat,” katanya.

Purwantika juga merasa puas dengan kenyamanan dan keamanan selama menggunakan layanan. “Alhamdulillah, selama ini aman. Saya belum pernah merasakan kejadian yang tidak nyaman,” ungkapnya. Ia pun menilai tarif yang dikenakan wajar dan terjangkau.

Namun, ia berharap ada peningkatan dalam kecepatan layanan, khususnya agar penumpang tidak terlambat saat waktu sibuk. “Mungkin harapan saya pelayanannya dipercepat supaya tidak terlambat,” pungkasnya.

Penyeberangan Munung–Megaluh membuktikan bahwa transportasi sungai tetap memiliki peran penting, terutama bagi daerah yang akses jembatannya terbatas. Dengan peningkatan kualitas layanan dan dukungan infrastruktur, moda ini bisa menjadi alternatif andalan bagi masyarakat sekitar. (*)

Pewarta : Faradina Juninda Nadita (MBKM)
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bontang just now

Welcome to TIMES Bontang

TIMES Bontang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.