TIMES BONTANG, BONTANG – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bontang baru saja menggelar konferensi pers akhir tahun untuk membedah rapor penanganan narkoba sepanjang 2025. Hasilnya cukup mengejutkan, terutama soal pergeseran peta kerawanan di Kota Taman.
Kabar baik datang dari wilayah utara. Kelurahan Loktuan, yang selama ini sering dicap sebagai titik rawan, justru menunjukkan tren penurunan kasus yang signifikan di tahun 2025 sebanyak 8 kasus pengungkapan.
Intervensi masif dan kesadaran warga setempat tampaknya mulai membuahkan hasil manis. Namun, melalui Polres Bontang memberikan catatan merah bagi wilayah Bontang Selatan itu.
Tahun ini, Kelurahan Tanjung Laut Indah resmi menyalip sebagai lokasi dengan jumlah kasus narkoba tertinggi di Bontang sebanyak 17 kasus. “Kami sampaikan sebaran tertinggi kasus pengungkapan narkoba adalah di Kecamatan Bontang Selatan tepatnya Kelurahan Tanjung Laut Indah sebanyak 17 kasus,” kata Kapolres Bontang, AKBP Widho Anriano S.IK,M.Si dalam paparannya di ruang pertemuan BNN Kota Bontang, Selasa (23/12/2025).
Terkait hal itu Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bontang, Lulyana Ramdhani, menyebut adanya pergeseran pola jaringan pengedar yang kini lebih aktif menyasar wilayah pesisir tersebut. “Tanjung Laut Indah mendominasi angka kasus di wilayah Bontang Selatan,” ujarnya.
Namun meski menurun dari tahun lalu, kelurahan Loktuan terbilang masih tertinggi diantara Kelurahan yang ada di Kecamatan Bontang utara.
Sebaliknya, Kelurahan Kanaan mencatatkan prestasi membanggakan sebagai wilayah yang bebas dari pengungkapan kasus narkoba tahun ini. “Tahun depan kita akan geser program kampung Bersinar di kelurahan Tanjung Laut Indah, bukan berarti mengabaikan program lokus di kelurahan Loktuan agar terus terjaga dan konsisten dalam penanganan perhatian kampung bebas dari narkoba,” jelasnya.
Dikatakan lebih jauh oleh Lulyana bahwa total rehabilitasi yang ditangani pihaknya pada tahun 2025 sebanyak 29 pengguna narkoba. “Kami menerima pelayanan rehabilitasi rehabilitasi. Sepanjang 2025 ada 20 pengguna narkoba telah menjalani program rehabilitasi melalui layanan Klinik Pratama milik BNNK Bontang,” bebernya.
Menanggapi pergeseran tren ini, BNN berjanji akan memperketat pengawasan di titik-titik rawan baru sambil terus memperkuat peran Duta Anti Narkoba dan Satgas P4GN. Bagi warga yang membutuhkan informasi atau ingin melapor, tetap bisa memanfaatkan layanan konsultasi melalui Call Center BNN. “Upaya pencegahan dan penindakan dengan tetap membangun kolaborasi kami maksimalkan agar dapat menekan penyebaran narkoba di semua wilayah kota Bontang,” ungkapnya.
Sementara itu tim kajian Universitas Mulawarman yang diwakili oleh DR. Muhammad Ikbal mengatakan prevalensi, hasil survei menunjukkan sekitar 3 dari 100 warga Bontang pernah bersentuhan dengan narkoba, sebuah angka yang terus ditekan melalui program edukasi. “Dari survei responden sebanyak 1200 orang kami mendapatkan 3.48 persen pernah pakai narkoba. Hal itu cukup mewakili dari 135 ribu penduduk kota Bontang yang sudah kami survei,” terang Dosen Unmul itu.
Tampak hadir dalam Konfrensi Pers akhir tahun 2025 BNN Bontang , Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris; Kepala kesbangpol Bontang, Dedy Haryanto; Kasubsi Eksaminasi Kejaksaan Negeri Bontang, Erayon Hindani Sinaga; Kasi pembinaan narapidana dan anak didik Lapas Bontang, Riza Mardani; Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Bontang, Kasar Res Narkoba Bontang. (*)
| Pewarta | : Kusnadi |
| Editor | : Faizal R Arief |