TIMES BONTANG, MALANG – Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan nasional sekaliber dunia yang bereputasi Internasional. Sebagian tokoh yang mempengaruhi filosofinya yakni Friedrich Frobel (pendiri taman kanak-kanak, pedagogik dari Jerman), Maria Montessori (ahli pendidikan Itali) serta Rabindranath Tagore tokoh India (peraih nobel sastra di luar Eropa yang pertama).
Pengaruh ini didapatkan Ki Hajar Dewantara ketika belajar ilmu pendidikan di Belanda. Kemudian sepulang dari Belanda cara berpikir dan tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara terilhami pemikiran dari tokoh-tokoh tersebut.
Bahkan pada tahun 1927 Maria Montessori dan Rabindranath Tagore pada tahun 1940 pernah berkunjung ke Taman Siswa Yogyakarta.
Kecerdasan Ki Gajar Dewantara berekognisi dan saling mempengaruhi sebagai simbiosis mutualisme, hal ini dapat terlihat dari relasi antara Ki Hajar Dewantara, Montessori, dan Tagore yang secara fisik mengunjungi Taman siswa.
Tagor sekembalinya dari mengunjungi Ki Hajar Dewantara, membuatkan ruangan khusus kesenian di sekolahnya yang terilhami dari apa yang beliau lihat di Taman Siswa di Yogyakarta. Sedangkan Montessori dikenal dengan sejumlah filosofinya yang diterapkan hingga sekarang, di antaranya student center. Dan sungguh hal yang luar biasa seorang Montessori mau meluangkan waktu mengunjungi Ki Hajar Dewantara karena pada saat itu merupakan hal yang tidak mudah untuk mengelilingi dunia.
Montessori sebagai filosofi pendidikan yang merdeka memang mengilhami banyak orang, karena betul-betul student center. Murid secara nyata diobservasi sehingga benar-benar dilihat, apa tindak lanjut yang perlu dilakukan dari hasil observasi tersebut.
Sebagai seorang pendidik yang hidup di era digital, bagaimanakah kita mengenali diri untuk lebih memahami peran sebagai pendidik? Bagaimana mewujudkan manusia berdaya dan merdeka sekaliber pemikiran Ki Hajar Dewantara?
Tentunya kita akan berefleksi ke belakang bahwa dulu saat kita memutuskan diri untuk menjadi pendidik dan sampai pada profesi sehebat ini adalah setiap hari pendidik hadir untuk murid dan berniat secara mandiri terus menambah kapasitas diri untuk senantiasa belajar melalui berbagai media yang saat ini disuguhkan di era digital.
Sebagai seorang pendidik upaya terus belajar wajib dilakukan, agar bisa mengantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Dengan berbekal kesadaran untuk terus belajar secara mandiri kita telah berusaha untuk mengelola diri sendiri, dan ini merupakan bagian dari perjalanan kita menjadi manusia merdeka.
Menurut Ki hajar Dewantara” Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin tidak tergantung pada orang lain.” Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak dikemudian hari menjadi manusia yang mandiri dan merdeka tentunya penting untuk mereka mengenali diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dalam dasar-dasar pendidikan “Pendidikan itu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.”
Peran pendidik diibaratkan seorang petani tugasnya merawat sesuai kebutuhan dari tanaman itu agar tumbuh dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), Namun kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dari pendidik supaya murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Salah satu langkah kita sebagai pendidik adalah bagaimana kita memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia yang merdeka dan terus belajar? Murid-murid kita kini memiliki cara dan gaya belajar yang jauh dari cara dan gaya belajar kita dahulu. Mereka sangat fasih dan melek teknologi, dan telah menjadikan internet sebagai salah satu sumber belajar utama. Mereka dengan secepat kilat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan dengan teknologi yang ada dalam genggaman dan menjangkau pengetahuan sekalipun tanpa kita berikan.
Kemudian apa yang perlu kita selaraskan sebagai pendidik yang relevan dengan konteks jaman now? Murid-murid kita memang sudah sangat jauh dan berbeda drastis dengan jaman kita, Namun mereka tetap membutuhkan hadirnya sosok pendidik.
“Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak” (Kihajar Dewantara).
Apakah peran kita sebagai pendidik untuk dapat menuntun kodrat dari murid-murid kita? Bagaimana kita bisa menjaga hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat murid-murid kita? Inilah tugas pendidik. Mari terus belajar demi meraih tujuan pendidikan menjadi manusia merdeka yang kelak akan menuntun murid-murid kita menjadi manusia merdeka, masyarakat masa depan.
Bapak pendidikan kita merupakan salah seorang tokoh kaliber dunia yang bereputasi melebihi dari sekadar nasional. Hal yang luar biasa dan penting, bagi seorang pendidik mengilhami dan mendalami filosofi Ki Hajar Dewantara untuk mewujudkan manusia berdaya dan merdeka.
***
*) Oleh: Ratnawati, S.Pd, Pengajar Sejarah SMAN 1 Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |