Kopi TIMES

Setahun Hasil Survei Pilkada Tangsel 2020

Selasa, 25 Agustus 2020 - 14:34
Setahun Hasil Survei Pilkada Tangsel 2020 Aru Wijayanto, Peneliti Media di Index Politica. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMES BONTANG, JAKARTA – Dalam proses demokratisasi, lembaga survei merupakan sebuah keniscayaan di tengah euforia demokrasi, mengingat kehadiran lembaga survei seiring-sejalan dengan kehidupan negara demokrasi. Kehadirannya mampu menjadi jembatan dan memberikan informasi tentang persepsi, harapan, dan evaluasi publik terhadap kondisi dan perkembangan sosial-politik, bahkan juga menjadi bagian dari proses pendidikan politik. 

Sebagai salah satu bentuk komunikasi politik menjelang babak penentuan tahap demokrasi elektoral, tidak ada yang salah atau keliru dengan survei beserta publikasinya sebagai sebuah praksis demokrasi. Justru banyak hal menarik dari hasil survei yang meski tidak berada di ranah politik praktis, tetapi efek yang ditimbulkan bisa saja memengaruhi publik dalam menentukan pilihan politik.

Saya mencoba memberikan gambaran mengenai empat hasil simulasi survei di Kota Tangerang Selatan yang telah di-publish antara Agustus 2019 hingga Agustus 2020. Hal ini, selain untuk mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi Tangerang Selatan, juga untuk membaca proses perjalanan modal elektoral para calon kandidat di Pilkada mendatang. 
 
Hasil Survei Bakal Calon

Survei pertama yang terkait dengan Pilkada Kota Tangerang Selatan dilakukan oleh lembaga Konsep Indonesia (Konsepindo) pada 27 Juni – 2 Juli 2019 dengan 440 responden yang di-publish pada awal Agustus 2019. Dari 22 nama yang diambil sebagai sampel, simulasi lima besar elektabilitas adalah Benyamin Davnie (23,6%), Muhammad (10%), Andiara Aprilia Hikmat (9,3%), Abraham Samad (4,3%), Arsid (3,4%). Sementara nama putri Wapres KH. Ma’ruf Amin, Hj. Siti Nur Azizah Ma’ruf, berada di urutan ke-17 di survei itu dengan angka 0,7%. 

Survei berikutnya adalah Indikator Politik Indonesia yang dilaksanakan pada September hingga Oktober 2019. Pada pertanyaan “seandainya hari ini pilkada dilaksanakan, maka siapa yang Anda pilih?”, jawaban responden pada simulasi dengan 8 nama adalah sebagai berikut: Benyamin Davnie (29,2%), Muhammad (15,2%), Nur Asia Uno (7,8%), Siti Nur Azizah (5,8%), Ade Irawan (3,4%), Aldrin Ramadian (2,5%), Ade Rossi Chaerunisa (1,2%), dan Heri Gagarin (0,5%).

Dari hasil ini, ada kenaikan angka elektabilitas pada sejumlah nama bakal calon. Pada simulasi kedua, pilihan kandidat dibuat hanya 4 nama. Hasilnya adalah sebagai berikut: Benyamin Davnie (35,4%), Muhammad (16,9%), Siti Nur Azizah (8,0%), dan Aldrin Ramadian (3,6%). Pada survei inilah kali pertama nama Azizah Ma’ruf mulai menguat di posisi tiga besar, meski selisihnya masih agak jauh.

Selanjutnya adalah survei Indopolling Network, yang dilakukan pada 5-13 Desember 2019. Pada pertanyaan “seandainya hari ini pilkada dilaksanakan, maka siapa yang Anda pilih?”, jawaban responden untuk lima besar pada simulasi pertama dengan 13 nama adalah: Benyamin Davnie (20,0%), Muhammad (13,9%), Arsid (4,5%), Siti Nur Azizah (2,5%), Tommy Patria Edwardy (0,9%). Pada Simulasi kedua, pilihan responden dipersempit menjadi 3 nama, hasilnya adalah sebagai berikut: Benyamin Davnie (32,9%), Muhammad (16,8%), Siti Nur Azizah (3,6%). Rata-rata kandidat mengalami penurunan eletabilitas di survei ini. 

Bagian yang paling menarik adalah hasil survei terakhir (sementara) yang dilakukan oleh lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) pada 17-24 Juli 2020, yang di-publish pada minggu pertama Agustus lalu. Ini menjadi menarik mengingat posisi bakal calon sudah mulai mengerucut dan berpasangan, meski belum didaftarkan ke KPU. Komposisi pasangan sementara saat ini adalah Siti Nur Azizah Ma’ruf dengan Ruhamaben, Benyamin Davnie dengan Pilar Saga Ichsan, serta Muhammad dengan Rahayu Saraswati.

Untuk kategori elektabilitas individu pada survei ini, nama Benyamin Davnie masih menduduki posisi pertama dengan 32,9%. Selanjutnya adalah: Muhammad (25%), Siti Nur Azizah Ma’ruf (21,5%), Ruhamaben (6,5%), Pilar Saha Ichsan (4,6%), dan Rahayu Saraswati berada di posisi ke-8 dengan angka 1,2%.

Lembaga ini memang tidak membuat simulasi pasangan yang disodorkan kepada responden. Namun dalam catatan lembaga ini, bila hasil elektabilitas itu dijumlahkan langsung, maka hasilnya secara berurutan adalah: Benyamin-Pilar (37,5%), Azizah-Ruhamaben (28%), dan Muhammad-Saraswati (26,2%).

Trend Elektabilitas Bakal Calon

Bila membaca hasil rangkaian survei di atas, nama Benyamin Davnie masih menduduki posisi teratas. Ini sangat masuk akal mengingat ia adalah “incumbent” dengan posisi dua periode sebagai wakil wali kota. Meski menurut saya, apa yang dicapai Benyamin Davnie sesungguhnya tidak mencerminkan ia sebagai sosok yang berhasil membangun kepercayaan publik selama menjabat sebagai orang kedua di Tangsel.

Lihat saja hasil survei Konsepindo setahun lalu. Modal awal elektabilitas Benyamin Davnie hanya di kisaran angka 23,6% setelah ia sembilan tahun menjadi wakil wali kota. Survei terakhir yang dilakukan oleh lembaga KPN, elektabilitas Benyamin naik menjadi 32,9%. Ini menunjukan bahwa tren positif elektabilitas Benyamin Davnie sebesar 9,9% itu cenderung karena dimobilisasi dalam setahun terakhir. Artinya, jabatannya tidak secara signifikan menolong tingkat keterpilihannya di pilkada mendatang.   

Begitu juga dengan sosok Sekretaris Daerah Kota Tangsel Muhammad. Modal awal elektabilitasnya setahun lalu hanyalah 10%, meski ia telah beberapa tahun menjabat sebagai orang ketiga di Tangerang Selatan. Trend positif sebesar 15,5% yang diperoleh Muhammad, juga bisa diasumsikan sebagai hasil mobilisasi dan konsolidasi. Seperti Benyamin, posisi Muhammad sebagai Sekda tampaknya tidak otomatis membuat dirinya memiliki elektabilitas awal yang memadai. 

Situasi ini agak berbeda dengan sosok Siti Nur Azizah Ma’ruf. Setahun lalu, mengacu pada hasil simulasi survei Konsepindo, elektabilitas putri Wapres RI ini hanya berada di peringkat ke-17 dengan angka 0,7%. Namun dalam perjalanannya selama setahun, Azizah Ma’ruf menjadi sosok bakal calon yang mengalami trend positif elektabilitas tertinggi, yakni 20,8%: dari 0,7% menjadi 21,5%. Ini menunjukkan bahwa kerja politik yang dilakukan Azizah Ma’ruf bersama tim-nya dapat dianggap paling kuat.  

Persepsi Publik Tentang Tangsel 

Selain kerja-kerja politik yang dilakukan timses dan paslon, tentu saja ada faktor lain yang bisa mempengaruhi pilihan politik pemilih. Salah satu yang tercatat pada survei di Kota Tangerang Selatan adalah mengenai persepsi warga terhadap permasalahan yang terjadi di wilayah ini. Saya melihat ada korelasi yang kuat antara persepsi warga terhadap persoalan di Tangerang Selatan dengan tingkat keterpilihan bakal calon wali kota.

Dalam survei pertama yang dilakukan Konsepindo, lembaga ini mencatat setidaknya terdapat 17 persoalan di Kota Tangerang Selatan yang perlu segera diselesaikan. Dari jumlah itu, 10 terbesar persoalan itu secara berurutan diantaranya: asuransi kesehatan, penciptaan lapangan kerja, bantuan rumah tidak layak huni, kenaikan upah (UMR), pembangunan infrastruktur, modal usaha UMKM, peningkatan pelayanan administrasi, pemerintahan yang bersih tanpa korupsi, dana pembangunan kelurahan, dan penanganan masalah sampah. 

Sementara pada hasil survei terakhir oleh lembaga KPN, 10 besar permasalahan di Tangerang Selatan secara berurutan adalah sebagai berikut: korupsi di tubuh ASN, kesenjangan sosial, kesenjangan infrastruktur, maraknya prostitusi berkedok hiburan, maraknya peredaran narkoba, kriminalitas tinggi, banjir, keterbatasan layanan kesehatan, bansos yang tidak tepat sasaran, dan ketersediaan hunian untuk masyarakat kecil.

Saya mencatat setidaknya ada empat permasalahan yang tetap muncul pada kisaran waktu satu tahun masa survei, yakni: persoalan korupsi, infrastruktur, kesehatan, serta hunian untuk warga miskin. Soal korupsi, kita tahu pernah terjadi kasus besar di Tangerang Selatan yang melibatkan suami Wali Kota Airin Rachmy Diany. Soal infrastruktur, responden melihat adanya kesenjangan antarwilayah. Di bidang kesehatan, responden masih merasakan pelayanan yang belum maksimal. Untuk hunian bagi warga ekonomi lemah, memang tidak ada di kota ini.

Dengan empat permasalahan ini saja, rasanya akan sangat berat bagi “incumbent” untuk membangun kepercayaan publik dalam kaitannya dengan ajang pilkada mendatang. Maka tidak heran bila kemudian trend elektabilitas Benyamin Davnie dan Muhammad bergerak agak lambat. Toh sebagai sekda, Muhammad juga dianggap punya peran terhadap situasi yang terjadi di kota Tangerang Selatan saat ini. 

Kondisi ini sangat berbeda bila kita membandingkannya dengan Azizah Ma’ruf. Tanpa rekam jejak negatif di Tangerang Selatan, Azizah Ma’ruf terlihat lebih leluasa membangun kerja-kerja politiknya hingga capaian elektabilitasnya bisa naik secara signifikan. Bahkan bila mengacu pada proses pergerakan hasil survei di atas, Azizah Ma’ruf punya peluang besar untuk mengungguli Benyamin Davnie dan Muhammad, selama kerja politiknya ke depan bisa ditingkatkan lagi. 

Sebab, bukan tidak mungkin capaian elektabilitas Benyamin dan Muhammad saat ini merupakan batas akhir dari apa yang bisa diperjuangkan lagi. (*)

***

*)Oleh : Aru Wijayanto, Peneliti Media di Index Politica.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bontang just now

Welcome to TIMES Bontang

TIMES Bontang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.