TIMES BONTANG, BONTANG – Aksi unjuk rasa 300 dump truk enam roda yang tergabung dalam Persatuan Leveransir Bahan Bangunan (PLBB) Bontang berujung perundingan. Aksi yang berlangsung sejak pukul 12.00 WITA di Jalan Pupuk Raya, Kota Bontang, ini berakhir pada pukul 15.00 WITA, Kamis (27/1/2022).
Sejumlah perwakilan pengunjuk rasa bersama perwakilan perusahaan membubarkan diri dengan damai dan akan dilanjutkan pada Jumat (28/1/2022) di Hotel Ekuator Bontang.
"Kita lanjutkan besok mediasi di hotel ekuator jam 14.00,"ujar Saripudin Ketua PLBB.
Terkait perundingan bersama perusahaan tersebut, Ical sapaan akrabnya telah menyiapkan perwakilan PLBB sebanyak 15 orang.
"Kita besok sudah siapkan 15 orang untuk datang,"ungkapnya.
Dalam aksi unjuk rasa itu, sebanyak ratusan dump truk enam roda mengular sepanjang lebih dari satu kilometer. Kendaraan angkut material bangunan itu terparkir di jalan pupuk raya.
Aksi itu mendesak untuk dilibatkan dalam pembangunan pabrik PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN).
Luding Limbong, Sekretaris PLBB yang juga koordinator Aksi mengatakan aksi ini sebagai bentuk protes pihaknya atas kebijakan perusahaan yang dikerjakan PT Wijaya Karya.
Pihaknya menduga perusahaan nasional itu tidak melibatkan sopir dan kendaraan lokal dalam proses pembangunan pabrik senilai Rp958 miliar tersebut.
"Kami kecewa. Ada proyek angkut tidak melibatkan sopir lokal khususnya PLBB,"ujarnya.
Tampak Ratusan Dump Truk Enam Roda Mengular sepanjang Satu Kilometer Di Jalan Pupuk Raya (Foto: Kusnadi/TIMES Indonesia)
Pertemuan pun sudah seringkali dilakukan. Hanya saja sampai aksi ini dilakukan kata sepakat tak pernah ditemukan. Ia berharap pertemuan ini nanntinya akan membuat para sopir lokal dapat menggugah perusahaan agar tenaga lokal dan kendaraan lokal yang ada di kota Bontang bisa di manfaatkan.
"Sampai sekarang tidak ada. Ini teman teman hanya mencari rezeki,"harapnya.
Proyek yang disoal para pendemo yakni penimbunan di kawasan industri KIE. Proyek senilai Rp 170 miliar itu membutuhkan timbunan material sebanyak 500 ribu kubik.
PT WIKA diketahui telah menggandeng 3 perusahaan sub kontraktor untuk menggarap pekerjaan ini. Ketiga perusahaan itu yakni PT Rajawali Perkasa Teknik, PT Mitra Nusantara Energi dan PT Krida Sejahtera Jaya. Perusahaan itu diketahui berdomisili di Kota Bontang.
Sementara perwakilan perusahaan PT Wijaya Karya, Alif menyangkal jika pihaknya tidak memberdayakan sopir dan kendaraan lokal. Pihaknya kini telah membangun kontrak bersama subkontraktor lokal klaimnya.
Untuk itu terkait tuntutan tersebut akan diadakan dibahas bersama tiga perusahaan yang ditunjuk sebagai sub-kontraktor.
Perusahaan tersebut yakni PT Mitra Nusantara Energi, PT Rajawali Perkasa Teknik dan PT Krida Sejahtera Jaya.
“Kami sebenarnya sudah memberdayakan pengusaha lokal, karena itu masuk dalam komitmen. Perusahaan yang ditunjuk seluruhnya (milik) warga Bontang. Kami juga meminta mereka menggunakan tenaga kerja lokal,” ungkapnya terkait aksi unjuk rasa sopir dump truk di Kota Bontang.(*)
Pewarta | : Kusnadi |
Editor | : Imadudin Muhammad |