TIMES BONTANG, MALANG – Suasana berbeda terasa di sepanjang Jalan Besar Ijen hingga Jalan Semeru Kota Malang pada Minggu (4/5/2025) pagi ini. Ribuan masyarakat tumpah ruah dalam semangat Car Free Day (CFD), yang digelar rutin setiap hari Minggu mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WIB.
Lebih dari sekadar ajang olahraga dan santai, CFD kini menjadi ruang ekspresi komunitas-komunitas unik di Kota Malang - salah satunya adalah Malang Reptile Keepers (MRK). Komunitas reptil yang telah berdiri sejak Desember 2018 ini kembali hadir dengan penuh semangat, membawa serta beragam koleksi reptil yang mencuri perhatian.
Terlihat seorang ibu dan anak kecil yang sedang foto bersama ular jenis ball phiton di tengah keramaian saat kegiatan CFD berlangsung. (FOTO:Claresta Faustina Fedora/TIMES Indonesia)
Dari ular boa yang besar dan eksotis, hingga ular ball python, corn snake yang bermotif indah, dan tak ketinggalan hewan-hewan berkaki seperti iguana, biawak, hingga kura-kura dan gecko yang lucu dan menggemaskan.
Kehadiran mereka sontak menjadi pusat perhatian dan titik edukasi dadakan bagi warga yang penasaran - dan bagi yang ketakutan.
“CFD menjadi kesempatan kami untuk memperkenalkan reptil kepada masyarakat. Bahwa reptil tidak selalu menakutkan. Banyak yang justru jinak dan bisa menjadi hewan peliharaan yang menyenangkan,” ungkap Yudha Putra Harari, salah satu anggota aktif MRK, saat ditemui di tengah kegiatan.
Bukan Sekadar Pamer, Tapi Edukasi dan Aksi Sosial
Bagi MRK, kehadiran mereka di CFD bukan semata untuk unjuk hewan eksotis. Komunitas ini punya misi besar: mengubah cara pandang masyarakat terhadap reptil, serta membangun relasi sosial melalui edukasi dan layanan gratis seperti rescue dan sweeping ketika masyarakat menemukan reptil liar masuk ke permukiman.
Seorang pria/pengunjung yang tengah asyik bermain ular ball phiton dari komunitas MRK dalam kegiatan CFD. (FOTO: Claresta Faustina Fedora/TIMES Indonesia)
“Selama ini masyarakat sering panik saat melihat reptil, terutama ular. Padahal, tidak semua ular berbahaya. Di sinilah kami hadir - untuk memberikan edukasi, membantu identifikasi, dan menenangkan situasi tanpa menimbulkan kepanikan,” lanjut Yudha.
Setiap Sabtu malam, MRK juga rutin berkumpul di kawasan Kayutangan mulai pukul 19.00 hingga sekitar pukul 23.00 WIB. Mereka membuka ruang interaksi terbuka bagi siapa pun yang ingin mengenal lebih dekat dunia reptil. Selain itu, pada Minggu pagi mereka konsisten meramaikan CFD mengikuti jam kegiatan.
Kolaborasi Komunitas Reptil: 'Komunitas Seram' Ikut Gabung
Menariknya, tahun ini MRK tak sendiri. Mereka akan berkolaborasi dengan komunitas lain yang tak kalah nyentrik: Komunitas Seram, yang juga fokus pada dunia reptil.
Yudha menyebutkan bahwa kolaborasi ini akan memperkuat jaringan edukasi dan memperluas jangkauan kampanye mereka kepada masyarakat luas.
“Insya Allah, tahun ini kita akan sering bareng-bareng dengan Komunitas Seram. Misi kita sama: membangun pemahaman baru soal reptil, bahwa mereka bukan hewan yang harus dimusuhi,” ujar Yudha.
Langganan Event dan Aksi Tanpa Pamrih
Sejak awal berdirinya, MRK aktif mengikuti berbagai event besar seperti gathering akbar yang digelar setiap enam bulan sekali.
Mereka juga kerap terlibat dalam pameran edukatif, aksi penyelamatan hewan, hingga penanganan reptil liar yang masuk ke rumah warga - semua dilakukan tanpa biaya.
“Tujuan kami bukan sekadar eksistensi komunitas, tapi solidaritas dan aksi nyata. Kami ingin jadi mitra masyarakat ketika berhadapan dengan hewan yang sering disalahpahami ini,” jelasnya.
Tips Buat yang Takut Reptil
MRK tak lupa membagikan beberapa tips sederhana untuk masyarakat yang masih takut dengan reptil.
Pertama, tanamkan keberanian untuk mengenali, bukan menghindari. Kedua, perlakukan reptil seperti hewan peliharaan lainnya - seperti kucing atau kelinci. Ketiga, jika tetap merasa takut atau kewalahan, cukup hubungi MRK.
Komunitas ini membuka jalur komunikasi langsung bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan melalui nomor WhatsApp Admin di +62 881-0279-89762, atau bisa juga mengunjungi akun Instagram mereka di @malang_reptile_keepers.
Harapan untuk Masa Depan
Di akhir perbincangan, Yudha menyampaikan harapannya agar MRK tak hanya dikenal sebagai komunitas unik, tetapi juga sebagai komunitas yang bermanfaat dan membawa perubahan.
“Saya berharap komunitas ini bisa membantu masyarakat luas, khususnya yang takut pada hewan reptil. Kami ingin masyarakat bisa membedakan mana reptil yang berbahaya dan mana yang tidak. Dengan begitu, rasa takut bisa berubah jadi rasa hormat dan rasa ingin tahu,” tutupnya.
Dengan semangat yang tak padam, MRK terus menunjukkan bahwa keberadaan komunitas ini bukan hanya soal hobi, tapi juga soal tanggung jawab sosial.
Dan lewat panggung CFD, mereka telah membuktikan bahwa jalanan bebas kendaraan bisa jadi tempat lahirnya pemahaman baru - tentang dunia reptil dan tentang keberanian untuk mengenal yang tak biasa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: CFD Kota Malang Makin Eksotis dengan Aktivitas Komunitas Malang Reptil Keepers
Pewarta | : Agnesia Herlin Seong (Magang MBKM) |
Editor | : Ronny Wicaksono |